istimewa

Segenggam Garam


Alkisah, di sebuah desa yang jauh dari keramaian, tinggallah seorang kakek yang terkenal sangat bijaksana. Ia hidup seorang diri di sebuah rumah yang kecil dan sederhana.

Suatu pagi, datanglah seorang pemuda yang tampak murung, raut wajahnya menunjukkan kepenatan yang mendalam. Sudah seminggu ia mencari cara untuk menyelesaikan masalahnya, tapi tak kunjung beres juga. Sang pemuda ini lalu menghampiri sang kakek dan menumpahkan segala keluh kesahnya itu. Setelah puas menyampaikan semua masalahnya, ia pun meminta nasihat kepada sang kakek dengan maksud agar ia bisa memecahkan permasalahannya.

Dengan tersenyum, sang kakek mengajak sang pemuda masuk ke dalam rumahnya. “Jika kau ingin nasihat dariku, jalankan apa yang ku perintahkan padamu hai anak muda. Sang kakek kemudian mengambilkannya segenggam garam dari lemari di dapurnya. “Di sana ada gelas, masukkan garam ini ke dalamnya dan tuangkan air ke dalam gelasnya hingga penuh.” Kata sang kakek. Sang Pemuda langsung menjalankan apa yang diperintahkan oleh sang kakek dan menyerahkan gelas berisi air garam itu kepadanya. “Sekarang, kau minum air di dalam gelas itu, jangan kau tanya alasannya, cukup kau minum saja.”  Tutur sang kakek dengan tegas.

Dengan segera sang pemuda meminum air di dalam gelas yang dipegangnya. Wajahnya meringis merasakan asinnya garam yang sangat pekat. Sekali lagi sang kakek tersenyum simpul melihat ekspresi sang pemuda.

Saat hari menjelang siang, sang kakek mengajak sang pemuda berjalan-jalan keluar rumahnya menuju sebuah telaga yang sangat indah. Telaga itu terletak di tengah padang yang penuh ilalang. Suasana di sekitar telaga itu sangat nyaman. Di sisi telaga terdapat sebuah pohon besar yang sangat teduh, Sang kakek lalu mengajak si pemuda untuk duduk dibawahnya.

“Hai anak muda, ambillah segenggam garam ini.” Tutur sang kakek sambil mengulurkan garam yang baru saja ia ambil di saku bajunya. Sang pemuda menerima segenggam garam yang diberikan sang kakek dengan ekspresi bingung. “Sekarang kau tuangkan garam yang kau pegang itu ke telaga, dan minumlah airnya  sepuasmu.” Sang pemuda mengikuti perintah yang diberikan oleh sang kakek. Ia meminum air di telaga dengan sepuas-puasnya. Cukup lama sang pemuda minum air di telaga, Ia merasa sangat kehausan karena habis minum air garam yang asinnya teramat pekat tadi.

“Bagaimana rasanya ?” tanya sang kakek. “Segar sekali, setelah minum air ini menjadi lega …” Belum selesai sang pemuda melanjutkan kata-katanya, sang kakek segera menimpalinya dengan sebuah nasihat.

“Ya… begitulah anakku, semua kepenatan hidup yang kita rasakan ini ibarat asinnya garam yang tadi aku berikan kepadamu, keduanya sama kadarnya, sama-sama segenggam. Namun setelah kau coba keduanya, rasanya berbeda bukan ? yang pertama terasa sangat pekat, sangat asin, sampai-sampai kau meringis setelah meminumnya. Sedangkan yang kedua sangat melegakan bukan ? sama sekali kau tak merasakan asinnya bukan ?”

“Gelas dan telaga itu ibarat hatimu. Seberapa besar kapasitas hati yang kau miliki mempengaruhi apa yang kau rasakan. Segenggam garam yang kau campurkan, jika kau memposisikan hatimu hanya sebesar gelas, maka akan terasa sangat asin. Berbeda, ketika kau memposisikan hatimu seluas telaga, maka segenggam garam yang tadi terasa sangat asin sama sekali tidak akan terasa, bahkan kesegaran air di telaga masih dapat kau rasakan.” Demikian sang kakek menyampaikan nasihatnya.

Sang pemuda menampakkan wajah bahagianya, Ia tersenyum simpul. Jawaban yang selama ini ia cari, akhirnya ia temukan dari seorang kakek bijaksana lewat segenggam garam.

Disadur dari kultum Oddie IBD Tanggal 11/06/2013 dengan berbagai sumber

jangan lupa ninggalin komennya ya :)