sastraku

Hijab dan Sepotong Coklat


Sinar mentari menusuk masuk lewat celah-celah gorden jingganya. Membangunkan Karin dari tidur lelapnya. Jam weker berbentuk kura-kura sudah menunjukkan pukul 07.00 wib.  Ia sangat kelelahan pagi ini, semalam ia habis belajar kelompok dengan teman-temannya hingga larut, alhasil setelah bangun subuh ia tertidur lagi.

Karin saat ini berusia 17 tahun dan sekolah di kelas XII sebuah SMA negeri di Jakarta. Kebetulah hari ini hari minggu, dan Karin sedang tidak ada kegiatan ekstra kulikuler.

“Sayang bangun… ada paket kiriman buatmu di meja makan !” panggil ibu dari balik pintu kamar.

Sambil mengucek mata dan membetulkan jilbabnya ia bergegas bangun dan beranjak dari kamarnya. “Iya bu… kiriman apa ?” sahut Karin.

“Belum ibu buka, kamu lihat sendiri yaa… ibu mau menyelesaikan masak dulu.” Jawab Ibu.

Dengan kesadaran yang masih separuh, Karin keluar kamar dan langsung menuju meja makan. Ia duduk sejenak di kursi sambil menatap paket yang ada dihadapannya. “Ini apa ya ? siapa yang ngirim ya ?” renungnya dalam diam.

Paket itu terbungkus rapi dalam balutan kertas sampul warna coklat, di sudut kanannya terdapat pita warna hijau yang terangkai seperti bunga. Sederhana, hanya tertulis ditujukan kepada Karina Assyahida, tanpa nama pengirim dan keterangan apapun.

Setelah meneguk segelas air yang ada di meja makan, Karin membuka paket itu perlahan. Ternyata, isinya adalah sepotong coklat berbentuk hati. Sesuatu yang tidak pernah Karin duga sebelumnya. Ada perasaan senang, was-was, dan penasaran yang muncul seketika.

Karin memperhatikan coklat itu dengan seksama, begitupun kotaknya sambil mencari-cari barangkali ada keterangan sang pengirim. Namun ia tidak menemukannya. Sampai ia memegang bagian bawah alas tempat meletakkan coklat, ia menemukan secarik kertas yang bertuliskan “for my lovely dear, Karin. please keep save your hijab ya…

sumber : gojanenews.com

“Ibuu…. ini coklat dari siapa ?” teriak Karin memanggil ibu yang tengah memasak.

“Coklat apa ?” tanya ibu sambil datang menghampiri Karin.

“ini bu… Karin bingung.” jawab Karin sambil menunjuk coklat yang belum lagi ia sentuh setelah membaca tulisan tadi.

“Ehm… cie ada suratnya ya ?” tanya ibu sambil menggoda Karin.

“hu… iya, tapi ga’ tau dari siapa, yang ngirim cuma bilang kalo Karin harus menjaga hijab.” jawab Karin sambil tersipu malu, pipinya memerah.

“hmm… kira-kira dari siapa ya ? jangan-jangan dari someone yang special nih. ^^ “goda ibu lagi.

Dari awalnya senyum-senyum, muka Karin langsung berubah manyun karena kesal digoda oleh ibu.

“Kok didiemin coklatnya ? kalo ga’ mau ibu ambil loh.” Kata ibu sambil bergegas mengambil coklat Karin.

“eits..!!” tangan Karin langsung menyapu coklat yang ada dihadapannya, sebelum diambil oleh ibu.

“ya sudah deh, Karin ke kamar lagi ya bu.” tutur Karin seraya berlalu meninggalkan meja makan.

“oke… tapi diinget loh pesannya, keep save your hijab. jangan cuma seneng coklatnya aja ” sahut ibu.

“Insyaallah siap bu..!! ^^” Karin berjalan ke kamar dengan gembira, sambil membetulkan jilbabnya yang kurang rapi.

Karin saat ini tengah bahagia, dalam penasarannya ia bertanya-tanya siapakah gerangan yang teramat perhatian kepadanya. Biarkan nanti waktu yang akan menunjukkannya.

*tak lama kemudian di dapur.

kring…kring… telepon berbunyi. “Haloo Assalamualaikum, apa kabar wahai permaisuriku yang cantik ?” sapa seseorang diujung telepon.

“Waalaikumsalam alhamdulillah baik, wah… ayah sekarang pandai menggombal ya.” jawab Ibu.

“Bu… kiriman ayah untuk Karin sudah sampai belum ya ?” tanya ayah.

“Oo.. jadi coklat tadi ayah yang kirim ya ? kok ga’ ngasih tau ?” ibu balik bertanya.

“Lah ini, ibu sudah dikasih tau kan ? ^^ tapi jangan dikasih tau ke Karin dulu ya bu.” ujar ayah.

“Kenapa yah ?” tanya ibu.

“Biarkan Karin hatinya senang dulu, biarkan ia penasaran dan semangat dalam behijabnya, sampai ia terbiasa.” jawab Ayah.

“Oh begitu, baik yah… Ibu akan jaga rahasianya.” ujar ibu.

“Ya, Insyaallah seminggu lagi ayah pulang, nanti biar ayah saja yang ngasih tau langsung ke Karin kalo kemarin coklatnya dari ayah. biar surprise.” ujar ayah.

“Oke yah… jangan lupa oleh-oleh ya. Hehe… kami semua rindu ayah.” ujar ibu.

“Insyaallah ya permaisuriku… aku juga rindu, sampai ketemu nanti ya. Assalamualaikum.” ujar ayah menutup percakapan.

“Waalaikumsalam.” jawab ibu.

Setelah selesai masak, ibu sempat melirik ke halaman samping. Terlihat Karin yang sudah rapi tengah menyirami bunga Gladiol yang sedang bemekaran, ungu, jingga, putih, warnanya menghias pagi yang teramat cerah itu. Karin tampak beda dari biasanya, pagi ini ia terlihat lebih anggun dengan jilbab hijau dan rok panjang putih yang ia kenakan. Senyumnya menambah ceria pagi itu.

“Karin ayo sarapan !” panggil ibu.

“Ya bu…” jawab Karin sambil bergegas masuk ke dalam rumah.

_____________________________
Edisi : #GerakanMenutupAurat

jangan lupa ninggalin komennya ya :)